Saya membeli SKU ini di minggu terakhir bulan Juni 2020. Saya akan paparkan kelebihan dan kelemahan-nya, serta mengapa saya tidak menggunakan laptop ini lagi.
Kita mulai dengan spesifikasi laptop Asus Zephyrus G14 Seri GA401II-R75TA8W. yang saya pakai selama 6 bulan.
Spesifikasi | Data |
---|---|
Sistem Operasi | Microsoft Windows 10 Home Single Language |
Prosesor | AMD Ryzen™ 7 4800HS Processor 2.9 GHz (8M Cache, up to 4.2 GHz) |
Grafis | NVIDIA® GeForce® GTX 1650 Ti 4GB GDDR6 |
Ukuran Layar | 14-inch FHD (1920 x 1080) Aspek Rasio 16:9 |
Fitur Layar | 100% sRGB, 75.35% Adobe RGB, Pantone Validated, 120Hz Refresh Rate, IPS-level |
Memori | 8GB DDR4 on board (saya upgrade ke 24GB) |
Penyimpanan | 512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD |
Port I/O | 1x 3.5mm Combo Audio Jack, 1x HDMI 2.0b, 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C support display / power delivery, 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C, 2x USB 3.2 Gen 1 Type-A |
Keyboard dan Touchpad | Backlit Chiclet Keyboard |
Kamera | Tidak ada |
Audio | Built-in array microphone, 2x 0.7W tweeter, 2x 2.5W speaker dengan AMP technology |
Jaringan | Wi-Fi 6(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2 |
Baterai | 76WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion |
Suplai Daya | ø6.0, 180W AC Adapter, Output: 20V DC, 9A, 180W, Input: 100~240V AC, 50/60Hz universal. Mendukung suplai daya TYPE-C, 65W AC Adapter, Output: 20V DC, 3.25A, 65W, Input: 100~240V AC 50/60Hz universal |
Lampu Perangkat | AniMe Matrix™ |
Berat | 1.70 Kg |
Dimensi | 32.4 x 22.0 x 1.99 ~ 1.99 cm (12.76” x 8.66” x 0.78” ~ 0.78”) |
Saya coba paparkan unique selling poing nya dari laptop ini yang menjadi kelebihannya, hal-hal umum dari laptop tidak akan saya bahas.
Laptop ini bisa buat kerja, render video dengan cepat, bahkan untuk bermain game AAA. Tak perlu diragukan lagi, semuanya dilibas. Dengan kata lain, ini adalah laptop gaming yang tipis dan ringan.
Laptop ini mampu untuk menemani bekerja tanpa harus colok listrik. Buat coding dengan Visual Studio Code, membuka banyak tab Edge/Chrome, saya bisa mendapatkan hampir 4 jam pemakaian baterai. Mengingat ini laptop ditenagai oleh prosesor yang super kencang dengan dedicated GPU. Terima kasih ASUS telah menanamkan baterai yang cukup besar yaitu 76WHrs di casing laptop “gaming” yang tipis ini.
Prosesor AMD Ryzen™ 7 4800HS mengusung 8 core dan 16 thread. Laptop ini sudah sangat jelas mengalahkan laptop besutan Intel di harga yang sama, yang pada umumnya hanya 4 core 8 thread, sehingga skor benchmark untuk multicore-nya bisa dua kali lipat. Terbukti ketika saya coding sambil membuka banyak tab, docker dan beberapa pod jalan di atas kubernetes local, laptop ini bisa meng-handle semua proses itu tanpa lemot. Multitaskingnya tak diragukan lagi, super kencang.
Dengan 1.7mm key travel membuat pengalaman mengetik cukup nyaman, tuts keyboard-nya empuk sehingga tidak memerlukan banyak tenaga ketika dipakai untuk mengetik dengan cepat. Touchpad-nya salah satu touchpad terbaik untuk ukuran laptop Windows (tentu saja touchpad MacBook lebih bagus walaupun sama-sama menggunakan glass surface).
Ada nilai tambahan yang ternyata saya tidak begitu peduli atau tidak terlalu sering memakainya, yaitu adanya lampu Anime Matrix yang keren. Sejatinya fitur ini hanya untuk gaya-gayaan atau pamer saja, namun karena saya lebih sering bekerja di rumah, tidak ada target untuk “pamer”.
Walaupun laptop ini all around, bisa dipakai untuk kerja dan main game, namun tetap saja ada kekurangannya.
Karena tenaga prosesor yang dimilikinya super kencang namun dikemas dalam bodi yang tipis, masalah panas tidak dapat dihindari — ya saya bisa bilang ini panas sekali, bukan sekedar hangat, apalagi ketika bermain game, bikin saya seperti main game sambil sauna.
Saya harus disable turbo-boost agar laptop tidak panas, mengorbankan performa tingginya. Dengan disable turbo-boost laptop akan berjalan 25% lebih lambat. Skor multicore di Cinebench R15 turun dari 1700-an ke 1300-an. Namun, skor 1300-an itu bukanlah skor rendah, ini masih lebih kencang daripada prosesor Intel 10750H di mode terkencangnya.
Display laptop tentu saja menggunakan AMD GPU bawaan prosesor. GeForce-nya dipakai untuk tugas yang lebih berat seperti main game atau rendering video. Nah yang jadi masalah adalah driver display ini sering crash ketika bangun dari mode sleep, sehingga saya harus mematikan laptop secara paksa jika hal ini terjadi, sungguh menyedihkan.
Colokan USB-C sebelah kiri yang terletak di dekat colokan suplai daya (yang mendukung power delivery) ternyata tidak ramah dengan SSD External saya. Ketika SSD saya dicolokkan ke port tersebut, Windows Explorer sering hang ketika membaca file di dalamnya. Hal ini tidak terjadi untuk port yang terletak di sebelah kanan.
Desain ergolift pada dasarnya dipakai untuk membantu sirkulasi udara di bawah laptop, namun hal ini cukup mengganggu saya karena saya sering menggunakan laptop sambil duduk dengan laptop saya taruh di atas paha saya ketika saya bekerja. Desain ini mengakibatkan paha saya sakit dan membekas dikarenakan bagian “tajam” dari ergolift yang menekan paha saya. Ini sebenarnya pro dan kontra, namun ternyata desain ini tidak cocok untuk saya.
Akhirnya saya jual laptop ini karena beberapa alasan. Terima kasih G-14 yang sudah menemani saya selama 6 bulan. Berikut alasan saya mengapa saya berpindah ke ultrabook.
Ternyata saya tidak terlalu suka menggunakan laptop yang panas.
Ternyata saya tidak terlalu sering main game (di mana harus ditaruh di meja). Saya yang sering bekerja dengan laptop ini di atas paha, pindah-pindah tempat.
Sebelumnya saya menggunakan MacBook Pro yang resolusinya super tajam. Ketika berpindah ke mode Full HD ini, tampak font terlihat kotak-kotak dan tidak mulus, hal ini cukup mengganggu OCD saya. Ternyata saya butuh tampilan yang lebih tajam daripada ini.
Ketika sudah install bermacam-macam software dan game, space SSD yang 512MB ini cepat habis, apalagi saya menggunakan WSL yang saat ini memakan space 64GB untuk virtual-disk nya. Kecepatan SSD-nya juga biasa saja.
Walaupun laptop ini terbilang sangat ringan di jajaran laptop gaming, ternyata masih terasa berat untuk saya yang sering mondar-mandir, mengingat saya jarang bermain game. Tiga bulan pertama saja saya sangat intensif main game berat.
Ya begitulah pengalaman saya menggunakan laptop Asus Zephyrus G14 Seri GA401II-R75TA8W. selama 6 bulan. Saat ini saya beralih ke ultrabook yang jauh lebih ringan, lebih lambat, lebih dingin, namun memiliki resolusi yang lebih tinggi, penyimpanan yang lebih besar, dan tidak ergolift.
Pranala
Legalitas